Winai Dahlan, Cucu Pendiri Muhammadiyah yang Jadi Pakar Halal di Thailand
Turun dari Bandara Swarnabumi Bangkok, rombongan pimpinan MUI Pusat
langsung berkunjung ke The Halal Science Center, Universitas Chulalongkorn,
Bangkok, perguruan paling bergengsi di Thailand.
Menempati gedung 13 lantai, Halal Center melakukan berbagai kegiatan
penelitian, kajian, dan pengembangan tentang produk halal, antara lain: makanan
halal, minuman halal, kecantikan halal, pengobatan halal, restoran halal, dan
wisata halal.
Rombongan para pimpinan MUI diajak masuk ke ruang informasi. Ruangan
tertata rapi lengkap dengan multi media yang dirancang apik. Di luar ruang
terpampang berderet-deret gambar besar ilmuwan klasik Islam seperti Ibn
Batutah, Al Khawarizmi, Al Biruni, Al Ghazali, Ibn Rushd, Ibn Sina, yang dapat
berbicara menyapa pengunjung dengan berbagai bahasa melalui rancangan IT
canggih.
Setelah rombongan berada di dalam ruangan yang dingin dengan hidangan khas,
Thai Tea panas, pimpinan Halal Center, Prof. Dr. Winai Dahlan, beserta para
ahli memasuki ruangan. Winai Dahlan adalah sosok lembut, tampan, berperawakan
tinggi.
Cucu pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan, itu memberi penjelasan dengan
bahasa Inggris yang fasih dengan logat Thailand kental. beliau berbicara
tentang sejarah keluarga KH Ahmad Dahlan hijrah ke Thailand hingga penjelasan
tentang perjuangannya lebih dari 20 tahun di bidang halal.
Ayah Winai Dahlan, Irfan Dahlan adalah anak ke 4 dari KH Ahmad Dahlan.
Irfan bisa nyasar ke Thailand, karena ketika hendak pulang dari belajar agama
di Pakistan, situasi Indonesia sedang perang. Akhirnya Irfan memilih tinggal di
Thailand. Irfan ketemu jodohnya, seorang perempuan keturunan Jawa asal Rembang
Jawa Tengah, lahir di Thailand, namanya Zahrah. Winai Dahlan keturunan Jawa
yang lahir di Bangkok.
Sejalan dengan kelonggaran kebijakan kerajaan Thailand tentang komunitas
asing, termasuk Jawa, maka orang Jawa semakin bertambah banyak. Komunitas Jawa
berkembang di Bangkok hingga terbentuk kampung Jawa, Masjid Jawa, dengan
tradisi Jawa yang secara turun menurun dipertahankan.
Winai mendapatkan pelajaran agama dari keluarga dan komunitas Jawa di
Bangkok. Pendidikan tinggi ditempuh di Chulalongkorn University, di Food and
Nutrition, Faculty of Allied Health Science. Chulalongkorn University ini
termasuk universitas terbaik di Thailand, dan masuk jajaran 200 besar
Universitas terbaik dunia.
Beliau lalu melanjutkan program doktoralnya di jurusan Medical Biology,
Universite Libre de Bruxelles, Belgia. Setelah lulus, beliau mengabdikan diri
sebagai dosen dan ilmuwan di universitas Chulalongkorn hingga saat ini.
Nilai-nilai religiusitas tertanam jauh ke dalam sanubari Winai Dahlan.
Darah perjuangan dakwah dari kakeknya merasuki jiwa raganya. Kiprahnya di dunia
perguruan tinggi mengharuskan beliau berjuang untuk Islam.
Sebagai pimpinan diaspora Jawa (Indonesia) di Thailand, Winai
berkepentingan untuk mempertahankan nilai-nilai Jawa Islam yang hampir punah,
digerus suasana modernitas sekuler di tengah mayoritas penganut Budha.
Winai berpikir keras mulai dari mana membangun peradaban Islam di tengah sekitar
90% masyarakat Budha. Sementara jumlah muslim hanya 7%. Sampai kemudian ketemu
ikon perjuangan melalui jalur makanan halal, karena beliau punya keahlian di
bidang itu.
Berbekal dari posisinya sebagai dosen dan peneliti di Universitas
Chulalongkorn, beliau mulai perjuangannya. Hingga sampai menjabat sebagai ketua
dari Riset Sains Lipid dan Lemak dan juga ketua dari Pascasarjana Internasional
dari studi Pangan dan Nutrisi, Faculty of Allied Health Sciences, Chulalongkorn
University.
Halal Science Laboratory di Faculty of Allied Health Science yang didikan
Winai Dahlan berkembang pesat. Laboratorium ini dilirik oleh ASEAN, sehingga
berkembang menjadi Halal Science Training Center for ASEAN sejak tahun 1998.
Pemerintah Thailand juga memberikan bantuan besar kepada lembaga tersebut. Maka
dibuka Halal Center cabang di Pattani dan Chiang Mai.
Lembaga yang kemudian bernama The Halal Science Center ini mengembangkan:
Pertama, metode-metode deteksi, termasuk melalui DNA, FID (Flame Ionization
Detection) technique, dan sebagainya.
Kedua, mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi mengenai produksi
pangan Halal. Sistem ini sangat canggih, dengan sekali klik, pihak otoritas
yang ingin memastikan apakah produk ini Halal atau tidak, bisa melihat proses
produksi suatu produk, mulai dari bahan baku hingga produk jadi.
Ketiga, mengembangkan informasi yang menjamin kehalalan kepada konsumen,
karena dengan men-scanning barcode produk melalui HP, konsumen langsung bisa
mengetahui tentang produk pangan tersebut, termasuk penelusuran kehalalannya.
Cara pandangnya tentang halal berdasarkan Al-Quran tentang konsep halal.
Bahwa ajakan Al-Quran untuk mengkonsumsi halal tidak hanya ditujukan untuk
orang-orang Islam, tapi untuk semua manusia, wahai manusia, bukan wahai
orang-orang Islam atau orang-orang yang beriman (QS. Al-Baqarah [2]: 168).
Bagi Winai Dahlan halal dan tayyib suatu makan bukan hanya untuk umat Islam
tapi untuk seluruh manusia. Beliau berkata: “What we desire is halal
tayyib food. Halal means lawful for mankind to be consumed or utilized, while
tayyib refers to good, safe, healthy and hyangienic products. This means that
halal is not only for Muslims. Halal is good for all”.
Hasil kerja kerasnya membuktikan bahwa produk halal yang diteliti tidak
saja dikonsumsi dan digunakan oleh umat Islam yang hanya 7% di Thailand, tapi
banyak non muslim yang memilih produk halal. Hal itu dipilih karena produk
halal itu berkualitas, jelas, bersih, sehat, dan memiliki manfaat lebih baik
dari produk non halal.
Winai Dahlan dalam perjuangannya mempromosikan produk halal, menulis banyak
artikel ilmiah yang dipublikasikan secara nasional dan internasional. Kegigihan
Dahlan menjadikan dirinya termasuk dalam “500 Muslim Paling Berpengaruh” untuk
lebih dari 3 tahun berturut-turut oleh ”Royal Islamic Strategic Studies Centre”
dan hanya satu-satunya Ilmuwan Muslim yang berada dalam “16 Ilmuwan Muslim
paling Berpengaruh di Dunia” dalam bidang Sains dan Teknologi.
Hasil riset Halal Center menjadi rujukan utama bagi Majelis Seikhul Islam
Thailand (semacam MUI di Indonesia) dalam melakukan sertifikasi produk makanan,
minuman, kesehatan, kecantikan dan lain-lain.
Produk halal harus terus digalakkan. Kerjasama nasional maupun
internasional harus ditingkatkan. Yang halal itu jelas. Yang haram itu jelas.
Yang semu itu masuk kategori musytabihat (sesuatu yang semu dan meragukan).
Yang musytabihat itu haram. Menjadi tugas berat bagi lembaga
Majelis Ulama Indonesia untuk memberi kepastian hukum bagi masyarakat terkait
dengan produk yang dikonsumsi dan dimanfaatkan.
Bekerja sama dengan berbagai lembaga halal internasional menjadi sebuah
keharusan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat dunia. Winai
Dahlan telah dan terus melakukan kerja besar itu, meskipun berada di tengah
mayoritas non muslim.
Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia sudah seharusnya menjadi
pioner bagi perjuangan memajukan produk halal. MUI memiliki andil terbesar
dalam promosi produk halal dunia.
Penting muncul Dahlan-Dahlan muda yang memiliki keahlian dan komitmen
tinggi dalam memajukan Islam. Islam tidak hanya diucapkan dalam narasi indah,
tapi dilaksanakan dalam kehidupan nyata.
Oleh: Shabah Syamsi*
*Oleh-oleh penulis dari muhibah bersama para pimpinan MUI Pusat ke
Thailand, 11-14 Desember 2019.
Sumber text & photo : MuslimObsession.com
Komentar
Posting Komentar